Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YoMa) melalui unit Teaching Factory (TEFA) terus berupaya untuk melakukan inovasi dibidang pertanian. Salah satunya yaitu penggunaan pesawat tanpa awak atau drone sebagai sarana pengendalian Organismen Pengganggu Tanaman (OPT).
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) dalam beberapa kesempatan meminta pelaku pertanian untuk mengadopsi cara-cara smart farming guna mendongkrak produktivitas pertanian.
“Sudah saatnya meninggalkan cara yang tidak efektif, distorsi dengan perilaku baru 2021. Salah satunya yang kita dorong adalah dengan adopsi teknologi smart farming, ada rekayasa teknologi dan mekanisasi yang harus diterapkan,” tegas SYL.
Pada lain kesempatan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi turut menekankan pentingnya efisiensi di bidang pertanian guna meningkatkan produktivitas pertanian.
“Meningkatkan daya saing produk adalah tugas kita bersama. Kuncinya yaitu genjot produktivitas, menekan HPP, dan efisiensi. Efisiensi dalam segala aspek baik biaya, waktu, dan pemanfaatan sumberdaya,” terang Dedi.
Tim Teknis TEFA Polbangtan YoMa bersama Mitra Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI) serta didampingi pihak penyedia jasa drone melakukan demonstrasi penyemprotan pestisida guna mengendalikan OPT Keong pada lahan sawah seluas 1 hektar di Kebun Percobaan Banyakan pada Kamis (26/8).
Menurut Kepala Unit TEFA Polbangtan YoMa, Hermawan, percobaan penerapan pemanfaatan teknologi drone ini sejalan dengan langkah Kementerian Pertanian (Kementan) yang tengah membangun pertanian modern atau smart farming dengan dukungan teknologi dan Internet of Things (IoT).
“Teknologi drone ini sebenarnya banyak kegunaannya, bisa untuk memetakan kondisi kebun secara menyeluruh, membantu proses penanaman, pengairan atau irigasi, pemupukan, penyemprotan pestisida, pemantauan pertumbuhan tanaman, dan menghitung jumlah populasi. Sangat lengkap,” terang Hermawan.
Lebih lanjut Hermawan menambahkan bahwa penggunaan drone dapat meningkatkan efisiensi kegiatan pertanian dan mendorong keterlibatan petani-petani milenial. Pasalnya drone ini selain multifungsi juga dapat dikendalikan secara jarak jauh menggunakan gawai maupun aplikasi lainnya.
“Sangat sesuai dengan misi digital farming atau pertanian digital. Kita bisa efisien dalam segi waktu dan tenaga kerja sehingga biaya input bisa ditekan. Tepat sekali digunakan untuk sarana pembelajaran bagi mahasiswa kami dan tentunya cocok juga diterapkan oleh petani milenial yang berjiwa modern,” tambahnya.
Fadli salah satu operator drone yang mendampingi kegiatan menjelaskan bahwa drone ini cocok digunakan pada lahan yang cukup luas namun kekurangan SDM.
“Kita hanya perlu waktu kurang lebih 15 menit untuk menyemprotkan pestisida pada luasan lahan 1 hektar ini. Sekali terbang, drone jenis ini mampu membawa cairan dengan kapasitas 10 liter. Sangat praktis sekali, siapapun bisa mnegoperasikan dengan mudah,” jelasnya.
Sementara, Pihak Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Piyungan yang turut hadir dalam kegiatan berharap bahwa penerapan teknologi drone ini nantinya bisa disebarluaskan ke petani di wilayah binaannya.
“Semoga ini bisa diterapkan secara luas di daerah kita sehingga kita bisa bersama-sama memajukan pertanian di DIY khususnya daerah piyungan,” harap Yulie Nur Azizah, Koordinator BPP Piyungan.
-HG
Kontributor: Sutiman, S.Tr.P