TEGAL - Gerakan Tani pro Organik (Genta Organik) menjadi program andalan Kementerian Pertanian. Pasalnya, gerakan ini terbukti menjaga produktivitas pertanian, bahkan mampu meningkatkan produksi padi di Desa Bojong, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.
Dengan implementasi Genta Organik pada lahan demplot, petani setempat berhasil memproduksi rerata ubinan 6,3 kg. Ubinan biasa digunakan untuk memperkirakan hasil panen melalui pengambilan titik sampel dengan cara mengukur hasil panen per 2,5 x 2,5 m². Sehingga diketahui perkiraan panen sekitar 9 ton per hektar.
Hasil ini dinilai memuaskan, sehingga Genta Organik bisa menjadi acuan untuk meningkatkan produktivitas secara masif di Kabupaten Tegal.
Di berbagai kesempatan, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi, mengatakan dengan adanya Genta Organik akan menggerakan pertanian pro organik yang mendorong pemanfaatan pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah.
“Genta Organik sebagai solusi terhadap masalah pupuk mahal. Mendorong petani memproduksi pupuk organik secara mandiri. Selain untuk meningkatkan produksi pertanian, mengurangi penggunaan pupuk anorganik, tentunya juga untuk menjaga kelestarian lingkungan”, papar Dedi.
Dwi Sepriyanto, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Bojong mengatakan puas dengan hasil pengaplikasian Genta Organik ini.
Dengan menggunakan intervensi teknologi berupa penggunaan varietas Inpari 32, pemberian bahan organic, penggunaan pola tanam jajar legowo, serta pengunaan pestisida nabati terbukti mampu meningkatkan produksi padi di Desa Bojong.
“Hasil dari beberapa wilayah percontohan menunjukkan pemakaian pupuk organik tidak mengurangi hasil produksi bahkan lebih tinggi daripada penggunaan pupuk anorganik.” jelas Dwi.
Ia bersama 10 kelompok tani di Desa Bojong telah memulai Sekolah Lapang pada Februari silam. Dimulai dengan Sosialisasi Genta Organik, hingga pelaksanaan Farmer’s Field Day (17/10/2023).
Ia mengaplikasikan pemberian bahan organik pada lahan demplot. Pengembalian jerami ke lahan serta pemberian kompos/ pupuk kandang sebanyak 2-4 ton/ ha menjelang pembajakan atau saat pelumpuran menjadi langkah utama.
Pada setiap 50 kg pupuk kandang, ia memberikan pupuk organik cair sebanyak 1-1,5liter. Selain itu, Ia juga memberikan biochar/ arang sekam pada saat menjelang pembajakan atau saat pelumpuran sebanyak 1-6 ton/ ha. Pemberian mikroorganisme lokal juga menjadi kunci penting dalam mempersiapkan lahan.
Hadir pada Farmer’s Field Day, Kepala Bidang Penyuluhan dan Pengembangan SDM Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tegal, Tri Jatiningsih optimis keberhasilan Desa Bojong akan menjadi pelopor organik di wilayah lain.
“Semoga ini menjadi awal yang baik, karena pasar organik sangat luas. Penggunaan organik juga bisa mengurangi biaya produksi dari penggunaan pupuk anorganik. Semoga kegiatan Genta Organik dapat berkembang ke wilayah lain”, tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Muh. Nur Khamid mewakili Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta – Magelang (Polbangtan YOMA) mengapresiasi keberhasilan Genta Organik dalam peningkatan produksi padi di Desa Bojong.
“Kelangkaan pupuk dapat diatasi dengan Genta Organik. Selain itu, semangat ini dapat terus dikembangkan dalam upaya pengembalian kesuburan tanah dan kesadaran akan kualitas kesehatan.” pungkasnya. (Osi)