MAGELANG. Dalam upaya mendorong peningkatan produktivitas sektor peternakan, Kementerian Pertanian terus melakukan kegiatan pendampingan masyarakat. Seperti yang dilakukan oleh Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YOMA) kepada sejumlah peternak yang tergabung dalam Kelompok Tani “Tani Subur”.
Sebanyak 20 orang peternak Dusun Gugu II, Desa Gunungsari, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang dan penyuluh Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Windusari mempelajari manajemen pakan domba di kelas terbuka Polbangtan YOMA (7/3).
Dilatari kesulitan mendapatkan hijauan pada saat kemarau, peternak ini kemudian mencari alternatif pakan yang mudah diperoleh. Oleh Polbangtan YOMA, mereka dikenalkan jenis bahan pakan dan cara pemberiannya pada ternak.
Giat ini merupakan salah satu kegiatan utama Kementerian Pertanian dalam mendorong peningkatan produktifitas sektor peternakan.
“Tujuan kegiatan pembinaan seperti ini mengingat pentingnya peran petani, peternak dan penyuluh sebagai ujung tombak kemajuan pertanian di Indonesia sehingga produksi pertanian tahun 2024 hingga ke depannya semakin meningkat dan bisa kembali swasembada bahkan ekspor”, papar Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman di kesempatan sebelumnya.
Selaras, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Dedi Nursyamsi menyebutkan bahwa peternak harus mengoptimalkan potensi wilayah untuk mencari alternatif pakan ternak.
“Peternak dan penyuluh harus banyak belajar untuk membuat pakan ternak, utamanya agar meningkatkan berat badan ternak” jelas Dedi.
Ia kerap mengingatkan peran penting pakan dalam produktifitas ternak. Selain hijauan, penambahan konsentrat juga diperlukan dalam meningkatkan kualitas ternak.
Disampaikan Abu Zaenal Zakariya, dosen pakan Polbangtan YOMA pada giat pendampingan ini, peternak harus mulai menggunakan pakan kering.
“Komposisi pakan kering dari konsentrat dan hijauan kering yang bisa digunakan adalah 65 : 35.”jelas Zakariya.
Peternak bisa menggunakan bahan pakan kering yang tersedia di lingkungannya.
“Bisa menggunakan katul dengan kualitas yang baik. Jika tidak ada, bisa diganti dengan polar. Sumber energi dapat diperoleh dari jagung yang digiling atau gaplek. Bungkil kedelai juga bisa digunakan.” paparnya.
Dengan kombinasi berbagai jenis bahan pakan tersebut akan menghasilkan konsentrat yang lebih baik. Selanjutnya, Zakariya menyebutkan perlunya penambahan kalsium untuk domba bunting.
“Campurkan pakan dengan sedikit batu kapur sebagai sumber kalsium, pilih batu kapur yang tidak bereaksi jika terkena air.” imbuhnya.
Selain itu, Zakariya juga menambahkan pentingnya kandang yang nyaman, tempat pakan yang memadai serta minum yang cukup. Ia juga menganjurkan peternak untuk tidak mencampurkan pakan dengan air, agar proses pencernaan dalam rumen dapat optimal. Sehingga harapannya pakan bisa diserap dengan baik.
Didampingi Kepala BPP Windusari, Wahyudi, peternak juga mengunjungi laboratorium pengolahan pakan untuk mengenali jenis – jenis bahan pakan kering.
Dalam wawancara, Ia menjelaskan bahwa di Desa Gunung Sari terdapat 400 peternak kecil. Dimana setiap rumah tangga memelihara 5 – 6 ekor domba. Namun karena terbatasnya hijauan, seringkali peternak terpaksa harus menjual dombanya.
Sementara, mereka memanfaatkan domba untuk diambil kotorannya dan dikembalikan lagi ke lahan sebagai pupuk.
Wahyudi optimis, setelah mempelajari manajemen pakan, peternak binaannya bisa mencari alternatif pakan selain hijauan.
“Semoga peternak bisa meningkatkan populasi ternaknya ke skala yang lebih besar melalui teknologi pakan ini” jelasnya.
Dengan teknologi pakan yang diperbarui, peningkatan kapasitas kandang, menurutnya dapat mendorong peningkatan populasi. Sehingga volume produksi dapat terus ditambah. Harapannya hal ini bisa meningkatkan kesejahteraan petani. (os)