RILIS BPPSDMP - 8 Juli 2024 (HUMAS/627)
CILACAP – Untuk mendukung Program Pompanisasi yang digalakkan oleh Kementerian Pertanian (Kementan), Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Yogyakarta Magelang berkolaborasi dengan Anggota Komisi IV DPR RI menggelar Bimbingan Teknis bagi Petani dan Penyuluh di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Kegiatan dengan tema Pompanisasi untuk meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) khususnya di Kabupaten Cilacap, berlangsung Senin (8/7) dan diikuti 100 peserta.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan akan terus berupaya untuk meningkatkan produksi pertanian dalam negeri. Mentan pun berharap pihak-pihak terkait dapat terus berkolaborasi untuk mewujudkan hal tersebut sekaligus menjaga ketahanan pangan.
Sementara Plt. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, mengatakan dalam kondisi apa pun pangan tidak boleh bermasalah.
“Dalam kondisi apa pun pangan tidak boleh bersoal, pangan tidak boleh bermasalah. Sebab hal ini berkaitan dengan banyak orang,” tutur Dedi.
Direktur Polbangtan Yogyakarta Magelang, diwakili Koordinator Pengabdian Masyarakat Ina Fitria Ismarlin, mengatakan kegiatan pompanisasi dirancang untuk meningkatkan indeks pertanaman padi di sawah tadah hujan dan dikonsentrasikan untuk lahan sawah yang indeks pertanamannya (IP) satu namun memiliki sumber air yang tersedia sepanjang tahun.
“Artinya lahan – lahan sawah tersebut hanya mampu tanam satu kali dalam setahun. Program ini diharapkan dapat meningkatkan indeks pertanaman yang tadinya hanya satu menjadi dua atau lebih dalam setahun,” ujar Ina.
Sedangkan Kepala Dinas Pertanian Cilacap, Susilan, mengatakan produksi beras di daerahnya sempat turun pada tahun 2023.
“Dampak perubahan iklim ini betul-betul kami rasakan, tahun 2022 produksi beras Kabupaten Cilacap mencapai 900 ribu ton, sedangkan pada tahun 2023 turun menjadi 700 ribu ton,” kata Susilan.
Kendati demikian, Susilan menambahkan bahwa meskipun pada tahun 2023 tercatat panen menurun, namun harga beras mengalami deflasi.
“Karena stok lebih banyak dibanding kebutuhan, harga beras mengalami deflasi, namun tidak sampai merugikan petani. Artinya stok pangan di Kabupaten Cilacap terpantau masih aman,” imbuhnya.
Namun, ia menambahkan, hal ini tidak menjadikan Kabupaten Cilacap terlena.
Agung Widiatmoko, pemateri sekaligus Kepala bidang Sarana dan Prasarana Dinas Pertanian Kabupaten Cilacap, menuturkan bahwa memasuki musim tanam ketiga diprediksi akan mengalami kekurangan air, sehingga diperlukan intervensi.
“Musim tanam ketiga bertepatan dengan musim kemarau, oleh karena itu diperlukan intervensi salah satunya yaitu program pompanisasi dari Kementerian Pertanian. Pompanisasi bertujuan untuk menyelamatkan tanaman eksisting dan percepatan tanam di area yang kekeringan,” kata Agung.
Diakui Agung, pihaknya merasa sangat terbantu dengan program bantuan pompanisasi tersebut dan berharap seluruh peserta Bimtek turut mendukung dan menyukseskan program pompanisasi.
“Cilacap memiliki potensi pertanian yang besar yang akan semakin maju jika diolah dengan teknologi dan mekanisasi. Oleh karena itu saya berharap generasi muda Cilacap mampu melihat peluang tersebut dan aktif mendukung program ini, kita sudah mendapat bantuan 50 unit pompa yang setiap unitnya akan mampu menbantu irigasi untuk 20 hektar sawah,” pungkasnya. (hg)