MAGELANG - Inovasi menjadi bagian penting dalam akselerasi pembangunan pertanian. Sebab itu, Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya mengajak generasi muda untuk terlibat langsung dalam menciptakan, menerapkan, dan mendiseminasikan teknologi kepada pelaku pertanian.
Salah satunya dengan menggelar Seminar Nasional dengan tema “Inovasi dalam Pertanian dan Peternakan Menuju Kemandirian Pangan dan Keberlanjutan Ekologi” pada Senin (15/7/24). Sebagai penyelenggara, Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YOMA) menggandeng 2 guru besar dari Universitas Gajah Mada dan Universitas Dipeonegoro, serta praktisi di bidang peternakan.
Dilaksanakan secara hybrid, Polbangtan YOMA mengajak generasi muda untuk bersiap menerima tantangan masa depan. Di berbagai kesempatan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mendorong mahasiswa untuk menghasilkan inovasi yang tidak hanya mendukung swasembada pangan nasional tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru.
"Hilangkan pikiran mencari kerja, tetapi usahakan agar kita yang membuka lapangan kerja. Latih kemampuan dari sekarang!" ujar Mentan.
Senada, Plt. Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi menuturkan bahwa saat ini dibutuhkan sekelompok anak muda yang loyal dan berintegritas untuk memajukan sektor pertanian Indonesia.
“Sudah saatnya pertanian dikelola oleh generasi milenial yang menggunakan kreativitas dan inovasinya sehingga pertanian kedepan menjadi pertanian modern yang tak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negerinya tetapi juga berorientasi ekspor,” papar Dedi.
Untuk itu, dalam kesempatannya membuka Seminar Nasional, Direktur Polbangtan YOMA, Bambang Sudarmanto mendorong generasi muda untuk mengakselerasi penerapan teknologi.
“Inovasi belum bisa menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Belum bisa merubah tradisi yang ada untuk beralih ke teknologi modern. Oleh karena itu, mahasiswa yang nanti akan terjun ke lapangan, harus bisa mengadaptasi hal ini.” tutur Bambang.
Ia mengajak ratusan mahasiswa yang hadir di Aula Polbangtan YOMA untuk menterjemahkan teknologi modern agar mudah diserap oleh masyakarat.
Tantangan menjadi lebih berat karena adanya degradasi lahan, alih fungsi lahan, serta perubahan iklim. Sehingga Bambang menegaskan perlunya melibatkan inovasi untuk menyikapi tantangan ini.
“Kita harus selalu bersinergi dengan lingkungan, karena kita bukan pewaris, namun harus mewarisi untuk anak cucu kita” ajak Bambang.
Hadir sebagai salah satu narasumber, Tri Anggraeni Kusumastuti, Guru Besar Bidang Sosial Ekonomi Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada menyebutkan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan masa kini, harus bisa dinikmati antar generasi.
Di sisi lain, meningkatnya kebutuhan pangan berakibat pada peningkatan emisi yang merugikan ekosistem.
“Sub sektor peternakan berperan sangat penting sebagai penyedia sumber protein hewani. Tetapi di sisi lain menyumbang pencemaran lingkungan, yakni metan.” jelas Tuti.
Sehingga, pembangunan harus berorientasi pada green economy melalui upaya perbaikan kondisi lingkungan dan pola investasi pemulihan lingkungan melalui kerjasama pemerintah, badan usaha, dan masyarakat.
“Konsep green economy menyebutkan bahwa pembangunan harus menghasilkan manfaat di bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan", ujarnya.
Menurutnya, pembangunan harus melibatkan sumber daya manusia, teknologi, dan lingkungan. Dengan inovasi, pembangunan harus bisa memberikan efek positif bagi lingkungan.
Tak hanya diikuti oleh mahasiswa, seminar ini pun diakses umum melalui zoom meeting dan YouTube resmi Polbangtan YOMA. Setelah pemaparan materi dari para narasumber, sebanyak 30 pemakalah melakukan presentasi untuk selanjutnya diterbitkan pada prosiding Seminar Nasional 6 Polbangtan YOMA. (os)