Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YoMa) bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Pangan (Distapang) Kota Yogyakarta adakan Temu Wicara Petani Milenial di Pendopo Distapang pada Kamis (3/2) ini. Kegiatan yang mengundang puluhan Petani Milenial ini bertujuan menarik minat milenial kota Yogyakarta untuk terjun dalam bidang pertanian.
Penumbuhan dan resonansi Petani milenial hingga mencapai 2,5 juta petani pada tahun 2024 merupakan program superprioritas yang dicanangankan oleh Kementerian Pertanian. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyinggung peran petani milenial dalam pengelolaan pertanian saat ini, “Pertanian yang dibutuhkan saat ini adalah pertanian yang efektif, efisien dan transparan. Hal itu bisa dilakukan melalui petani milenial yang modern.”
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nur Syamsi berharap para Duta Petani Milenial (DPM) mampu mengaktivasi milenial di sekitarnya untuk terjun ke dunia pertanian.
“Pengusaha pertanian milenial diharapkan mampu menjadi resonansi, penggebuk tenaga muda di sekitarnya untuk menjadi SDM pertanian unggulan yang mampu menggenjot pembangunan pertanian menjadi pertanian maju, mandiri, dan modern,” tutur Dedi.
Hingga saat ini, menurut Hermawan selaku kepala Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UPPM) Polbangtan YoMa, tercatat baru ada sekitar 2.213 Petani Milenial yang di SK kan secara resmi oleh Kementan.
“Perlu upaya cerdas untuk menumbuhkan petani milenial hingga mencapai target. PR nya adalah bagaimana mendorong Petani Milenial yang sudah ada untuk meresonansikan program ini di wilayahnya masing-masing,”ujar Hermawan.
Lebih lanjut Hermawan mengatakan bahwa salah satu cara menumbuhkan petani milenial, yaitu dengan mengidentifikasi milenial yang berkecimpung di bidang pertanian pada setiap desa atau kelurahan.
“Syarat menjadi petani milenial sederhana hanya usia, yaitu usia 17-39 tahun. Pemuda yang tergabung dalam Sakatarunabumi yang bergerak di bidang pertanian dan karang taruna bisa masuk dalam JPN untuk mempercepat resonansi petani milenial,” paparnya.
Pada kegiatan Temu Wicara ini, hadir Duta Petani Milenial DIY yaitu Jamaluddin Nur Ridho. Jamal menyampaikan bahwa DPM yang ada di DIY siap untuk melakukan pendampingan jika diperlukan. Ia juga memaparkan beberapa keuntungan yang dapat diperoleh jika petani milenial mau bergabung dalam Jaringan Petani Nasional (JPN).
“Keuntungan bergabung di Jaringan Petani Nasional antara lain yaitu menumbuhkan networking, akses modal, komunitas dibina langsung oleh kementan sehingga dapt dengan mudah mendapatkan feeding informasi kebijakan yang pro petani milenial,”ucapnya.
Ditambahkan oleh Eny Sulistyowati, Kepala Bidang Pertanian Distapang Yogyakarta, bahwa sejauh ini Kota Yogyakarta baru mempunyai 2 Petani Milenial yang terdaftar secara resmi di SK Menteri Pertanian. Pihaknya berharap melalui kerjasama dengan Polbangtan YoMa dapat menjadi pendorong tumbuhnya petani milenial di Yogyakarta.
“Melalui kerjasama ini kami harap penumbuhan petani milenial di Jogja semakin pesat. Milenial harus mulai berani melangkah untuk membangkitkan usaha. Lingkungan Kota jangan jadi penghalang, karena pengusaha pertanian sekarang tidak harus punya lahan,” katanya.
Turut hadir dalam kegiatan Temu Wicara hari ini yaitu 2 orang milenial yang membagikan kisah suksesnya menggeluti pertanian. Adalah Dimas yang sukses berkat berdagang Aglonema sejak 2014 serta Anjar Wahyu Nugraha yang berhasil menuai buah manis berbisnis olahan dan wisata buah markisa meskipun tidak mempunyai lahan.
“Kami hadir sebagai peserta, tapi kami ingin membagikan inspirasi dan motivasi kepada milenial lainnya bahwa menjadi petani tidak harus mempunyai lahan luas. Di kota tidak punya lahan, tapi kita tetap bisa membantu petani daerah lain, membantu pemasaran contohnya. Jangan berkecil hati menjadi petani. Menjadi petani bisa membuat kita lebih bermanfaat,” ujar Anjar, yang kini telah mampu mengekspor olahan markisa hingga Jerman dan Turki.
-HG