MAGELANG. Sektor pertanian, termasuk di dalamnya sub sektor peternakan menjadi pengungkit pembangunan nasional. Tak hanya menyediakan pangan, namun juga membuka lapangan pekerjaan. Karena perannya yang strategis ini, Kementerian Pertanian (Kementan) terus mendorong milenial untuk meningkatkan produktifitas sektor peternakan. Salah satunya dengan penggunaan pejantan unggul.
Dengan penggunaan pejantan unggul dipercaya dapat meningkatkan profit usaha peternakan. Hal ini diungkapkan oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam berbagai kesempatan. Ia memastikan pejantan unggul baik sapi maupun kambing/ domba terus dioptimalkan agar dapat meningkatkan produktifitas ternak milik rakyat.
Disampaikan oleh Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Dedi Nursyamsi dalam Millennial Agriculture Forum (MAF) yang diselenggarakan oleh Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang (Polbangtan YOMA) pada 23/3, pemilihan bibit unggul menjadi syarat mutlak untuk meningkatkan profit, di samping pakan dan pengendalian penyakit.
“Meskipun menggunakan betina lokal, peternak wajib menggunakan pejantan yang unggul. Bisa menggunakan pejantan import seperti dorper. Bisa juga menggunakan domba garut yang bobotnya bisa mencapai 100-120 kg. Atau dombos yang bobotnya bisa mencapai 140 kg” papar Dedi.
Menurut Dedi, dengan penyilangan ini peternak bisa memperbaiki genetika pada populasi ternak yang dimilikinya. Sehingga produktifitas ternak bisa ditingkatkan. Hal ini diperlukan agar peternak bisa mencukupi kebutuhan domba yang tinggi.
“Kebutuhan domba sangat tinggi. Di Gunung Kidul, pasar membutuhkan setidaknya 6.000 ekor domba per hari!” ungkap Dedi.
Tak hanya dari segi pasar, Ia menyebut Indonesia mempunyai sumber pakan yang luar biasa. Hal ini memudahkan peternak untuk menekuni peluang bisnis ini.
“Dari segi pasar dan pakan tersedia di Indonesia. Tinggal penyediaan konsentrat untuk penggemukan maupun breeding. Pakan berkualitas juga dibutuhkan ternak untuk menghasilkan susu. Kebutuhan susu tahun depan luar biasa, dengan adanya program makan gratis di sekolah – sekolah. Ini juga peluang!” jelasnya.
Hadir di lokasi MAF, Direktur Polbangtan YOMA, Bambang Sudarmanto mengajak ratusan mahasiswa Polbangtan YOMA dan para milenial untuk mengambil peluang ini.
“Tiru dan adaptasi pada kegiatan usaha ternak dan lakukan inovasi. Baik dalam penyilangan domba – domba unggul maupun inovasi pakan. Bagaimana mendapatkan untung yang besar, dengan memanfaatkan bahan pakan yang ada di sekitar kita.” ajak Bambang.
Ditambahkan oleh Mario Febrianto, salah satu pemateri MAF, peternak juga harus mampu mencari solusi di tengah permasalahan yang dihadapi.
“Lakukan perbaikan genetic melalui persilangan, pemberian pakan dan enzim yang sesuai, meningkatkan efektifitas kandang dan pemeliharaan, serta menjalin sinergi antar peternak dan pengusaha lainnya.” papar Mario.
Pemilik Bhinneka Farm yang berlokasi di Boyolali ini menyebutkan perbaikan genetika sangat penting untuk dilakukan. Pasalnya, hal ini bisa mempercepat waktu panen domba. Ia menyebutkan domba lokal untuk mencapai 26 kg memerlukan 5-6 bulan pemeliharaan, sedang dengan persilangan hanya membutuhkan sekitar 3 bulan.
“Manfaat yang diperoleh dengan menyilangkan betina lokal dan Jantan import bisa mempercepat pertumbuhan domba. Jika dijual sebagai bibit, harga lebih mahal. Tidak hanya itu, persilangan juga akan meningkatkan presentasi karkas” imbuh Mario. (os)